Menganggap Perguruan Tinggi Urgensi Sekunder Adalah Kekeliruan Fundamental

Dalam konteks pembangunan bangsa dan persaingan global yang semakin ketat, menganggap perguruan tinggi hanya sebagai pilihan pelengkap atau urgensi sekunder adalah sebuah kekeliruan fundamental. Pemahaman seperti ini dapat menghambat kemajuan suatu negara dan menurunkan daya saing sumber daya manusianya. Perguruan tinggi sesungguhnya adalah jantung inovasi, pusat pengembangan SDM unggul, dan pilar utama kemajuan peradaban.

Salah satu alasan mengapa menganggap perguruan tinggi kurang penting adalah pandangan sempit bahwa pendidikan tinggi hanya berfungsi untuk mendapatkan gelar semata. Padahal, peran universitas jauh lebih luas. Perguruan tinggi adalah tempat di mana riset dan pengembangan ilmu pengetahuan terjadi. Inovasi-inovasi yang mengubah wajah dunia, mulai dari teknologi medis, energi terbarukan, hingga kecerdasan buatan, sebagian besar lahir dari lingkungan akademis. Tanpa investasi dan penghargaan terhadap peran ini, sebuah negara akan tertinggal dalam perlombaan global.

Menganggap perguruan tinggi hanya sekunder juga berarti mengabaikan perannya dalam membentuk karakter dan keterampilan kritis. Di kampus, mahasiswa tidak hanya diajarkan materi akademik, tetapi juga diasah kemampuan berpikir kritis, analitis, pemecahan masalah, dan kolaborasi. Mereka terpapar pada keberagaman ide dan perspektif, yang sangat penting untuk membangun masyarakat yang toleran dan adaptif. Keterampilan ini tidak hanya relevan untuk dunia kerja, tetapi juga untuk menjadi warga negara yang aktif dan bertanggung jawab. Data dari berbagai lembaga survei menunjukkan bahwa lulusan perguruan tinggi cenderung memiliki tingkat partisipasi sipil yang lebih tinggi.

Dampak ekonomi juga menjadi bukti nyata mengapa menganggap perguruan tinggi secara remeh adalah salah. Negara-negara dengan populasi berpendidikan tinggi cenderung memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi, inovasi ekonomi yang lebih pesat, dan daya saing global yang lebih baik. Lulusan perguruan tinggi seringkali menjadi pencipta lapangan kerja, bukan hanya pencari kerja, melalui kewirausahaan dan pengembangan startup. Pada April 2025, laporan dari sebuah lembaga riset menunjukkan bahwa investasi pada pendidikan tinggi berkorelasi positif dengan pertumbuhan PDB per kapita dalam jangka panjang.

Oleh karena itu, menganggap perguruan tinggi sebagai urgensi sekunder adalah pandangan yang keliru dan berbahaya bagi kemajuan bangsa. Sebaliknya, pendidikan tinggi harus diposisikan sebagai prioritas utama. Pemerintah perlu terus meningkatkan akses, kualitas, dan relevansi perguruan tinggi, sementara masyarakat juga harus menyadari bahwa investasi pada pendidikan tinggi adalah investasi terbaik untuk masa depan individu dan negara secara keseluruhan.