Pembentukan karakter adalah aspek krusial dalam pendidikan, tak kalah penting dari pencapaian akademik. Dalam proses membangun jati diri siswa, peran guru dan lingkungan sekolah memegang peranan sentral yang tak bisa diremehkan. Peran guru bukan hanya sebagai pengajar materi pelajaran, melainkan juga sebagai teladan dan pembimbing moral. Bersama dengan lingkungan yang mendukung, peran guru menjadi penentu dalam membentuk individu yang berintegritas dan bertanggung jawab.
Guru adalah sosok yang berinteraksi langsung dengan siswa setiap hari. Melalui pengajaran di kelas, interaksi pribadi, dan teladan yang diberikan, guru secara langsung memengaruhi cara pandang, nilai-nilai, dan perilaku siswa. Guru yang menunjukkan disiplin, kejujuran, empati, dan semangat belajar akan menginspirasi siswa untuk menginternalisasi nilai-nilai tersebut. Misalnya, seorang guru mata pelajaran Sejarah yang selalu tepat waktu dan mempersiapkan materi dengan matang akan menanamkan nilai disiplin dan tanggung jawab pada murid-muridnya. Sebuah studi oleh Pusat Penelitian Pendidikan Nasional Singapura pada awal 2025 menunjukkan bahwa siswa yang merasa memiliki hubungan positif dengan guru cenderung menunjukkan perilaku prososial yang lebih tinggi.
Selain peran guru, lingkungan sekolah secara keseluruhan juga merupakan faktor pembentuk karakter yang kuat. Lingkungan ini mencakup tata tertib sekolah, budaya komunikasi antar warga sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, dan fasilitas yang tersedia. Sekolah yang menerapkan aturan yang jelas dan konsisten, serta menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, keadilan, dan rasa hormat, akan menciptakan atmosfer yang kondusif bagi pengembangan karakter positif. Misalnya, program “Jumat Bersih” yang rutin diadakan setiap minggu ketiga di banyak sekolah, mengajarkan siswa tentang pentingnya kebersihan, kerja sama, dan tanggung jawab terhadap lingkungan bersama.
Kegiatan ekstrakurikuler, seperti pramuka, palang merah remaja (PMR), klub olahraga, atau organisasi siswa (OSIS), juga menyediakan platform penting untuk pembentukan karakter. Melalui kegiatan ini, siswa belajar tentang kepemimpinan, kerja tim, resolusi konflik, dan manajemen waktu. Mereka menghadapi tantangan, belajar dari kegagalan, dan mengembangkan ketangguhan. Pada akhir tahun ajaran 2024/2025, sebuah laporan dari Dinas Pendidikan Daerah di Thailand mencatat peningkatan signifikan dalam kepercayaan diri dan keterampilan sosial siswa yang aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Pada akhirnya, peran guru dan lingkungan sekolah bekerja sinergis dalam membangun jati diri siswa. Guru bertindak sebagai pemandu dan mentor, sementara lingkungan sekolah menyediakan arena praktik dan penguatan nilai-nilai. Kombinasi keduanya sangat fundamental dalam menghasilkan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki karakter kuat dan siap berkontribusi positif bagi masyarakat.
