Visi Indonesia Emas 2045 menggaungkan cita-cita besar menjadi negara maju dan berdaya saing global. Namun, untuk mencapainya, kita harus secara serius menghadapi berbagai tantangan pendidikan yang saat ini masih membayangi. Kualitas pendidikan, yang menjadi penentu utama kualitas sumber daya manusia, ibarat ujung pena yang akan menuliskan narasi masa depan bangsa. Jika kualitasnya belum optimal, maka harapan untuk meraih Indonesia Emas 2045 bisa terhambat. Lalu, apa saja tantangan krusial yang perlu kita atasi?
Salah satu tantangan pendidikan fundamental adalah rendahnya rata-rata lama sekolah penduduk Indonesia. Data tahun 2022 menunjukkan bahwa rata-rata penduduk Indonesia hanya menempuh pendidikan selama 9,08 tahun, yang berarti mereka rata-rata hanya lulus SMP. Angka ini jauh dari target 12 tahun yang setara dengan lulusan SMA yang diharapkan tercapai pada tahun 2045. Kesenjangan ini mengindikasikan bahwa banyak angkatan kerja potensial yang belum memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk bersaing di pasar global maupun mendukung inovasi dalam negeri.
Selain itu, kualitas hasil belajar siswa juga menjadi tantangan pendidikan yang signifikan, sebagaimana tercermin dari skor Programme for International Student Assessment (PISA) yang masih rendah. PISA mengukur kemampuan siswa dalam membaca, matematika, dan sains. Skor rendah ini menunjukkan bahwa siswa Indonesia masih perlu ditingkatkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan pemecahan masalahnya, yang merupakan kompetensi esensial di abad ke-21. Ini bukan hanya soal angka, tetapi juga tentang kesiapan generasi muda menghadapi dunia yang berubah cepat.
Pemerataan akses dan fasilitas pendidikan juga menjadi tantangan pendidikan yang tak kalah penting. Meskipun ada kemajuan, masih banyak daerah, terutama di pelosok, yang kekurangan fasilitas layak, tenaga pengajar berkualitas, dan akses terhadap teknologi. Disparitas ini menciptakan kesenjangan kualitas antara siswa di perkotaan dan pedesaan, menghambat potensi maksimal dari seluruh anak bangsa. Misalnya, banyak sekolah di daerah terpencil yang masih kekurangan buku pelajaran atau akses internet yang stabil, membuat proses belajar menjadi kurang optimal.
Untuk menghadapi berbagai tantangan pendidikan ini, diperlukan upaya kolektif dan strategis. Peningkatan investasi di bidang pendidikan, baik dalam infrastruktur maupun kualitas guru, menjadi mutlak. Pengembangan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan industri dan masa depan, serta penekanan pada keterampilan abad ke-21, juga harus menjadi prioritas. Hanya dengan mengatasi tantangan-tantangan ini secara serius, kita dapat memastikan bahwa pendidikan benar-benar menjadi fondasi kuat bagi terwujudnya Visi Indonesia Emas 2045.