Salah satu inovasi paling signifikan dalam Kurikulum Merdeka yang semakin matang implementasinya di tahun 2025 adalah konsep Capaian Pembelajaran per fase. Berbeda dengan kurikulum sebelumnya yang menetapkan target per tahun ajaran, pendekatan ini menawarkan fleksibilitas yang lebih besar, memungkinkan pembelajaran disesuaikan dengan irama perkembangan unik setiap peserta didik. Ini adalah langkah maju yang esensial untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan efektif.
Konsep Capaian Pembelajaran per fase berarti bahwa tujuan belajar tidak lagi diikat pada batas kelas atau usia tertentu, melainkan pada tahapan perkembangan siswa. Misalnya, dalam satu fase yang bisa mencakup dua atau tiga tahun pelajaran, siswa diharapkan mencapai serangkaian kompetensi tertentu. Ini memberikan keleluasaan bagi guru untuk tidak memaksakan materi kepada siswa yang belum siap, atau sebaliknya, memberikan pengayaan bagi siswa yang sudah lebih maju. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Pusat Inovasi Pendidikan pada tanggal 10 Mei 2025 menunjukkan bahwa metode ini secara signifikan mengurangi angka ketertinggalan belajar di beberapa sekolah percontohan.
Manfaat utama dari Capaian Pembelajaran ini adalah terwujudnya pembelajaran berdiferensiasi. Guru dapat merancang strategi pengajaran yang beragam, menyesuaikan metode, media, dan bahkan tingkat kesulitan materi dengan kebutuhan individual siswa. Ini berarti tidak ada lagi siswa yang merasa tertinggal atau bosan karena materi terlalu mudah. Sebuah lokakarya yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada hari Rabu, 19 Juni 2025, di sebuah pusat pelatihan guru, menyoroti bagaimana guru dapat menggunakan data asesmen awal untuk memetakan kebutuhan siswa dan merencanakan pembelajaran yang tepat.
Fleksibilitas dalam Capaian Pembelajaran per fase juga memberikan ruang lebih bagi guru untuk berkreasi dan berinovasi. Mereka tidak lagi terpaku pada target kurikulum yang kaku, melainkan memiliki kebebasan untuk mengeksplorasi metode-metode baru yang lebih menarik dan relevan bagi siswa. Ini juga mendukung integrasi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang membutuhkan waktu dan pendekatan yang tidak linear. Dengan demikian, sistem Capaian Pembelajaran per fase ini bukan hanya sekadar perubahan teknis, melainkan pergeseran filosofis yang mengedepankan hak setiap anak untuk belajar sesuai potensinya, mempersiapkan mereka secara lebih holistik dan optimal untuk masa depan.
