Akses Setara: Ketika Kampus Mataram Bersuara tentang Pendidikan Ramah Disabilitas pada Capres

Meningkatnya kesadaran akan hak-hak disabilitas turut mendorong pentingnya Akses Setara dalam berbagai sektor, termasuk pendidikan. Baru-baru ini, suara dari kampus di Mataram bergema lantang, menyuarakan aspirasi tentang pendidikan ramah disabilitas langsung kepada salah satu calon presiden. Momen ini menandai pentingnya perhatian serius terhadap inklusivitas di lingkungan perguruan tinggi.

Perguruan tinggi memiliki peran krusial dalam mencetak generasi penerus bangsa, namun masih banyak tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa disabilitas. Mulai dari fasilitas fisik yang belum sepenuhnya mendukung, ketersediaan materi ajar dalam format yang mudah diakses (seperti braille atau audio), hingga kurangnya tenaga pengajar yang terlatih untuk melayani mahasiswa dengan kebutuhan khusus. Semua ini menjadi penghalang serius terhadap terwujudnya Akses Setara di dunia pendidikan tinggi.

Dialog antara mahasiswa disabilitas dari Mataram dengan Ganjar Pranowo terjadi pada hari Minggu, 3 Desember 2023. Dalam pertemuan tersebut, mereka menyampaikan berbagai persoalan yang mereka hadapi sehari-hari. Ganjar menanggapi dengan menyatakan komitmennya untuk memastikan infrastruktur pendidikan yang lebih inklusif dan pengembangan kebijakan yang berpihak pada penyandang disabilitas. Respons ini memberikan secercah harapan bahwa isu ini akan menjadi prioritas dalam agenda nasional ke depan.

Pentingnya Akses Setara ini juga didukung oleh data. Berdasarkan laporan dari Pusat Data dan Informasi Pendidikan Tinggi (PDDikti) tahun 2023, jumlah mahasiswa disabilitas yang terdaftar di perguruan tinggi masih relatif kecil dibandingkan total populasi mahasiswa, menunjukkan adanya hambatan signifikan dalam proses pendaftaran dan pembelajaran. Sebagai contoh, di sebuah universitas negeri di Pulau Sumatera, pada semester genap tahun ajaran 2024/2025, tercatat hanya ada 5 mahasiswa disabilitas netra yang terdaftar dari ribuan mahasiswa baru, dan mereka masih menghadapi kendala dalam akses buku teks.

Menciptakan Akses Setara di lingkungan kampus bukan hanya soal membangun ramp atau toilet khusus. Lebih dari itu, ini adalah tentang mengubah pola pikir dan budaya institusi agar lebih menerima dan memahami keberagaman. Dengan adanya dialog dan perhatian dari para pemimpin, diharapkan universitas-universitas di seluruh Indonesia dapat semakin berbenah, mewujudkan pendidikan tinggi yang benar-benar inklusif dan memberikan kesempatan yang sama bagi setiap individu untuk meraih potensi penuh mereka.